Versi Istana Sentris
Pagi itu, mata pelajaran paling mengerikan (matematika)
dimulai. dan seperti biasa, suasana berubah horor ketika sang guru masuk kelas.
Pak S*** memang terkenal galak, dia paling gak suka kalo aturan / perintahnya
gak dipatuhi. Tapi segalak-galaknya pak S***, dia juga punya sisi imutnya kalo
lagi ketiduran dikelas (biasanya karna nonton bola :D), sayangnya aku gak
sempat mendokumentasikan hal ini, Hehe...
Tanpa banyak basa-basi
pak S*** menuliskan sebuah soal dipapan tulis. Ini momen yang bikin jantungan
>_<
“siapa yang bisa
mengerjakan soal ini?”. Tanyanya yang diikuti dengan tunjukan tangan Amel, anak
paling pinter dikelas.
“kecuali Amel”.
Sambungnya lagi.
Yang tadinya sempat
lega, siap-siap aja dijemput malik maut. Seluruh ruangan hening, ada yang
kakinya gemetar (pasti kebelet pipis :D) dan ada pula yang pura-pura nulis,
kayak aku dan kawan sebangkuku (yayang) misalnya.
Kurasa aku tau kemana
spidol itu akan mengarah, seperti biasa korbannya kalo bukan aku, ya...
“kamu, kerjakan soal
ini”. Feelingku gak salah lagi.
Aku bener-bener gak
tega liat muka si Yayang yang mulai memucat.
“dek... aku gak bisa...
L
“.
“Heh! Ingat kata
ajaibnya? Bukan GAK bisa, tapi BELUM bisa, perkataan itu do’a loh.. “. Kata-
kata itu sering kulontarkan untuk menyemangatinya.
“bawa aja buku Riza,
belum tentu betol sih... tapi seenggaknya ada yang bisa ditulis “. Sambungku
menyerahkan buku yang sedari tadi kucoret-coret padanya. Bagiku matematika itu
seperti pelajaran mengarang, kamu bebas berkreasi tanpa takut salah walau
sebenarnya salah (Hihi..)
Yayang pun menghela
nafas panjang dan mulai berdiri, tapi...
“gak usah bawa buku”.
Sang guru membuatnya drop lagi.
“gimana ni??? L
“. Kali ini mukanya membiru.
“tulis apa aja yang
keluar di kepala”.
Helaan nafas panjang
untuk kesekian kalinya, dia pun maju.
Baru nulis beberapa
baris, Yayang dipersilahkan duduk kembali. Itu artinya akan ada korban
berikutnya.
“Putri, maju”.
Aduuuhh... mati aku
>_<
Sekarang aku tau
rasanya jadi Yayang, gak semudah bualanku rupanya -_-
Aku pun menghela nafas
panjang dan mulai menjinakkan rasa gugupku. Aku mulai berkreasi di papan tulis
persegi itu, kutulis apa saja yang keluar dibenakku. Aku gak peduli apa
hasilnya, yang kutau adalah “segalak-galaknya pak S*** , dia gak doyan makan
manusia” jadi, salah gak masalah kan??? ;)
The End
izin share ya dek :D
BalasHapusHeheh oke yang :D
BalasHapus