Sabtu, 18 April 2015

Membuat Larutan Standar

BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Judul Praktikum      
     Membuat Larutan Standar

1.2              Tanggal Praktikum  
     10 Mei 2014

1.3               Tujuan Praktikum  
Untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi normalitas.













BAB II
LANDASAN TEORI

2.1              Larutan
Larutan adalah campuran homogen. Dalam suatu campuran terdapat molekul-molekul, ion-ion, ato-atom dan zat. Susunannya sangat seragam sehingga tidak dapat diamati. Contohnya : larutan NaOH dalam aquadest.
Suatu larutan tersusun dari komponen pelarut (jumlahnya lebih banyak) serta komponen zat terlarut (jumlahnya sedikit). Factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak terpengaruh oleh tekanan, sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah apabila tekanan diperbesar. (irfan Anshary, 1999).

2.2              Komponen Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan, yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan (zat terlarut). Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan membentuk campuran homogeny, larutan yang dihasilkan dapat berfase gas, larutan cair, dan padat.

2.3              Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali, sedangkan pelarutnya sedikit, maka dapat dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya tinggi. Sebaliknya, bila zat yang terlarut sedikit sedangkan pelarutnya banyak, maka dapat dikatakan larutan itu encer atau konsentrasinya rendah. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu :
a.    Persen volume
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan.
Misalnya :
Alcohol 76 % berarti dalam 100 liter larutan alcohol terdapat 76 liter alcohol murni.

b.    Persen massa
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Misalnya :
Sirup merupakan larutan gula 80 %. Artinya dalam 100 gram sirup terdapat 80 gram gula.

c.    Molalitas
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut per kilogram pelarut. Dalam suatu larutan molalitas (m) tidak dapat dihitung dari konsentrasi molar (M), kecuali jika rapatan (densitas) larutan itu diketahui.

d.   Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Contohnya : NaCl 0,1 M. berarti dalam 1 liter larutan terdapat 0,1 mol NaCl.

Konsentrasi molar =

e.    Normalitas
Normalitas suatu larutan adalah jumlah gram ekuivalen zat terlarut yang terkandung dalam 1 liter larutan. Batas ekuivalen adalah fraksi bobot molekul yang berkenaan dengan suatu satuan tertentu.

N =

f.     Fraksi mol
Fraksi mol adalah suatu larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya mol komponen itu dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
 =

 =

(Beny Karyadi, 1997)

2.4              Perbandingan Antara Berbagai Skala Konsentrasi
Skala konsentrasi molar dan normalitas bermanfaat untuk eksperimen volumetric, dimana kuantitas zat terlarut dalam larutan dengan volume bagian larutan itu. Skala normalitas juga dapat membantu dalam membandingkan volume dua larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara kimia.
Keterbatasan skala normalitas adalah bahwa suatu larutan mungkin mempunyai lebih dari satu nilai normalitas, tergantung pada reaksi yang menggunakannya.
Skala fraksi mol berguna dalam karya-karya teoritas karena banyak sifat-sifat fisika larutan dapat dinyatakan dengan jelas dalam perbandingan jumlah molekul pelarut dan zat terlarut. (James.E.Brady, 1998).
Kimia volumetri adalah pembuatan larutan baku. Zat murni ditimbang dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu yang tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku primer yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, borak, natrium karbonat, kalium ionida dan lain sebagainya. Zat-zat kimia yang digunakan untuk membuat larutan harus memenuhi syarat:
1.     Zat yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti.
2.    Zat yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3.    Zat yang digunakan mudah dikeringkan.
4.     Zat yang digunakan harus stabil, dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar larutan yang tidak diketahui.
(Team, 2014).

















BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1              Alat dan Bahan
3.1.1        Alat-alat
1.        Neraca digital
2.        Labu ukur 100 ml
3.        Kaca arloji
4.        Spatula.

3.1.2        Bahan-bahan
1.        H2SO4  97%
2.        NaOH
3.        Aquadest

3.2              Cara Kerja
Prosedur praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.    Dihitung berat (gram) NaOH dan H2SO4 dengan konsentrasi X Normalitas.
2.    NaOH yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur.
3.    Ditambahkan aquadest kedalam labu ukur sampai volume tepat garis batas.
4.    Larutan dikocok hingga bercampur sempurna.
5.    Lakukan hal yang sama dengan menggantikan NaOH dengan H2SO4.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3               Hasil Data Pengamatan
Hasil praktikum membuat larutan standar adalah sebagai berikut :
ü Pada suatu larutan NaOH 1 N dengan kemurnian 1% dan volume 100 ml dibutuhkan 4 gram NaOH dalam 100 ml aquades.
ü Pada larutan H2SO4 1 N dengan kemurnian 97% dan volume 100 ml dibutuhkan 2,74 ml H2SO4 dalam 100 ml aquades.
ü Pada larutan NaOH 1 M dengan kemurnian 1% dan volume 100 ml dibutuhkan 4 gram NaOH dalam 100 ml aquades.
ü Pada suatu larutan H2SO4 1 M dengan kemurnian 97% dan volume 100 ml dibutuhkan 5,49 ml H2SO4 dalam 100 ml aquades.

3.4              Pembahasan
Rumus yang digunakan untuk menghitung gram per massa zat yang akan dijadikan larutan standar dengan konsentrasi normalitas adalah dengan menggunakan persamaan :
        Zat murni (gram) = X Normalitas Volume

Setelah massa (gram) dari zat sudah didapatkan, maka zat yang masih dalam bentuk padatan ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Zat yang akan ditimbang diambil dengan spatula, ditabuhkan padatan keatas kaca arloji dan dinaikkan keatas timbangan.
Setelah zat sudah sesuai dengan massa yang yang telah dihitung, dimasukkan kedalam labu ukur, ditambahkan aquades hingga batas yang ada pada labu ukur, larutan dikocok secara perlahan hingga larutan bercampur sempurna. Dilakukan hal yang sama pada NaOH. Pada larutan H2SO4 tidak perlu ditimbang karena berupa cairan.
Perbedaan pembuatan larutan standar yang padatan dan cairan adalah pada saat menghitung jumlah zat murni (gram) yang ingin dibuat larutan standar dengan konsentrasi normalitas, mempunyai persamaan yang berbeda-beda.
·             Untuk fase padatan :
Zat murni (gram) = X Normalitas  Volume

·             Untuk fase cairan :
Zat murni (gram) = Normalitas  Volume
Padatan tidak menggunakan massa jenis, sedangkan cairan memerlukan massa jenis. Rumus massa jenis adalah :

Massa jenis adalah perbandingan massa dan volume, semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat, dan setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda.













BAB V
KESIMPULAN

5.1               Kesimpulan
Dari percobaan membuat larutan standar dapat disimpulkan bahwa :
1.    Untuk membuat larutan standar NaOH 1 N dengan kemurnian 1% dan volume 100 ml dibutuhkan 4 gram NaOH dalam 100 ml aquades.
2.    Untuk membuat larutan standar NaOH 1 M dengan kemurnian 1% dan volume 100 ml dibutuhkan 4 gram NaOH dalam 100 ml aquades.
3.    Untuk membuat larutan standar H2SO4 1 N dengan kemurnian 97% dan volume 100 ml dibutuhkan 2,74 ml H2SO4 dalam 100 ml aquades.
4.    Untuk membuat larutan standar H2SO4 1 M dengan kemurnian 97% dan volume 100 ml dibutuhkan 5,49 ml H2SO4 dalam 100 ml aquades.

5.2       Saran 
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum selanjutnya yaitu hendaknya praktikum selanjutnya dapat berlangsung lebih efisien lagi.








DAFTAR PUSTAKA

Anshary, Irfan . 1999 . kimia I . Jakarta : Erlangga.
Brady, James.E. 1998 . Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Ke-5 . Jakarta: Binarupa Aksara.
Karyadi, Beny . 1997 . Kimia II . Jakarta: Erlangga.
Team . 2014 . Penuntun Praktikum Kimia Dasar . Lhokseumawe.
























LAMPIRAN II
PERHITUNGAN

1.      a. NaOH 1 N
jawab :
N = .
    = .
1000 g = 4000
g = 4 gram

b. NaOH 1 M
jawab :
   M =
    1 =
    1000 g = 4000
    g = 4 gram

2.      Dik : BE H2­SO4­ =  =  = 49
            %           = 97 %
                        = 1, 84 gram/cm3

a.  H2SO4 1 N
N2 =
     =
     = 36,42 N.
Rumus Pengenceran :
N1V1 = N2V2
1 . 100 = 36, 42 . V2
   V2 = 2,74 ml.

b.  H2SO4 1 M
M2 =
=
= 18, 21 M.
Rumus Pengenceran :
M1V1 = M2V2
1 . 100 = 18, 21 . V2
   V2 = 5, 49 ml.





















LAMPIRAN III
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1.      Buatlah perhitungan larutan standar dengan konsentrasi molal !
Jawab :
a.       NaOH 1 m
P = 100 gram
Mr NaOH = 40
Penyelesaian :
            m = 
            1 =
           1000 g = 4000
            g = 4 gram

b.      H2SO4 1 M dan 1 N
Dik : 1 M H2SO4 = 1 mol
           V              = 100 ml
                          = 1, 84 gram/cm3
           Bm           = 98
           Valensi     = 2
Dit : molalitas dan V2 pengenceran = … ?
Penyelesaian :
Zat murni (gram) = Normalitas .   100
                           = 1 .   100
                           =
                           = 0, 96 gram
 =  
1, 84 =
m      = 184 gram larutan.

Massa solven = 184 – 0, 96 = 183, 04 gram pelarut.
Molalitas (m)  = mol .
                       = 1 .
                       = 5, 46 molal.

Rumus Pengenceran :
V1.m1 = V2.m2
100 . 1= V2 . 5, 46
   V2   = 18, 31 ml.

2.      Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan !
Jawab :
ü  Sifat dari solute dan solvent : solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar juga.
ü  Consolvensi : peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
ü  Kelarutan : zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
ü  Temperature : zat pada umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan.
ü  Salting out : peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar disbanding zat utama,akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena reaksi kimia.
ü  Salting in : adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
ü   Pembentukan kompleks : peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan membentuk garam kompleks.

LAMPIRAN IV
GAMBAR ALAT


Description: neraca.jpg
Neraca Digital
Description: clip_image0152.jpg
Labu Ukur

         Description: clip_image043_thumb2.jpg
Kaca Arloji

Description: clip_image031_thumb1.jpg
Spatula





Tidak ada komentar:

Posting Komentar