BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak proses industri
zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan. Agar efesien, kondisi
reaksi haruslah diusahakan sedemikian sehingga menggeser kesetimbangan ke arah
produk dan meminimalkan reaksi balik. Dalam reaksi kesetimbangan, produk yang
dihasilkan tidak efektif karena dapat membentuk kembali pereaksi. Untuk
menghasilkan produksi yang maksimal diperlukan pengetahuan untuk menggeser
posisi kesetimbangan ke arah produk.
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia
tersebut berlangsung dalam arah
bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang
berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah
pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan
produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
Dari semua macam senyawa nitrogen,
amonia adalah senyawa nitrogen yang paling penting. Amonia merupakan salah satu
senyawa dasar nitogen yang dapat direaksikan dengan berbagai senyawa yang
berbeda, selain itu proses pembuatan amonia terbukti ekonomis dan efisiensi
yang sampai sekarang terus ditingkatkan. Sebagian besar amonia diperoleh dengan
cara pembuatan sintetis di pabrik dan sebagian kecilnya diperoleh dari hasil samping suatu reaksi.
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan pemaparan
latar belakang sebelumnya, adapun
perumusan masalah makalah ini adalah:
1. Bagaimana
aplikasi kesetimbangan kimia dalam proses pembuatan amonia?
2. Bagaimana
proses pembuatan amonia?
3. Berapa
persentase amonia pada kesetimbangan?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi
mata kuliah Proses Indusri Kimia II dan sebagai informasi mengenai aplikasi
kesetimbangan kimia dalam industri amoniak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Prinsip Kesetimbangan Kimia
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia
tersebut berlangsung dalam arah
bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang
berlangsung satu arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah
pembentukan produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan
produk tidak berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
Ketika suatu reaksi kimia
berlangsung, laju reaksi dan konsentrasi pereaksipun berkurang. Beberapa waktu
kemudian reaksi dapat berkesudahan, artinya semua pereaksi
habis bereaksi. Namun banyak reaksi tidak berkesudahan dan pada seperangkat
kondisi tertentu, konsentrasi pereaksi dan produk reaksi menjadi tetap. Reaksi
yang demikian disebut reaksi reversibel dan mencapai kesetimbangan. Padareaksi
semacam ini produk reaksi yang terjadi akan bereaksi membentuk kembali
pereaksi. ketika reaksi berlangsung laju reaksi ke depan (ke kanan), sedangkan
laju reaksi sebaliknya kebelakang (ke kiri) bertambah, sebab konsentrasi
pereaksi berkurang dan konsentrasi produk reaksi semakin bertambah.
Pada umumnya suatu reaksi kimia yang
berlangsung spontan akan terus berlangsung sampai dicapai keadaan kesetimbangan
dinamis. Berbagai hasil percobaan menunjukkan bahwa dalam suatu reaks kimia,
perubahan reaktan menjadi produk pada umumnya tidak sempurna, meskipun reaksi
dilakukan dalam waktu yang relatif lama. Umumnya pada
permulaan reaksi berlangsung, reaktan mempunyai laju reaksi tertentu. Kemudian
setelah reaksi berlangsung konsentrasi akan semakin berkurang sampai akhirnya
menjadi konstan. Keadaan kesetimbangan dinamis akan dicapai apabila dua proses
yang berlawanan arah berlangsung dengan laju reaksi yang sama dan konsentrasi
tidak lagi mengalami perubahan atau tidak ada gangguan dari luar. Sebagai
contoh reaksi pembuatan amonia dengan persamaan reaksi kesetimbangan berikut
ini :
N2(g)
+ 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj
Pergeseran kesetimbangan
dapat terjadi jika pada sistem kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan
berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi tadi diupayakan sekecil mungkin.
Aksi-aksi yang dapat mempengaruhi terjadinya pergeseraan kesetimbangan
antara lain perubahan konsentrasi, perubahan volume, perubahan tekanan,
perubahan jumlah mol, perubahan temperatur. Untuk memperjelas tentang
terjadinya pergeseran kesetimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan azas Le
Chatelier. Dengan menggunakan azas Le Chatelier kita dapat memperkirakan
arah pergeseran kesetimbangan jika ada pengaruh dari luar sistem. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaruh temperatur
Sesuai dengan azas Le Chatelier, jika suhu atau temperatur suatu sistem
kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan temperatur,
kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak
reaksi endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke pihak reaksi eksoterm.
2. Pengaruh konsentrasi
Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = aksi) , jika konsentrasi salah
satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem akan mengurangi komponen
tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka
reaksi sistem adalah menambah komponen itu. Oleh karena itu, pengaruh
konsentrasi terhadap kesetimbangan.
3. Pengaruh tekanan dan volume
Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volume akan memperbesar
konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan
bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas
bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh karena
itu untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya jika tekanan dikurangi dengan
cara memperbesar volume, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan
dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah
koefisiennya lebih besar.
2.2 Aplikasi Prinsip Kesetimbangan Pada Pembuatan
Amoniak
Dasar teori
pembuatan amonia dari nitrogen dan hydrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908),
seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri pembuatan amonia
untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur
kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia reaksi sintesis amonia adalah :
N2(g)
+ 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj Pada 25oC
: Kp = 6,2x105
Berdasarkan prinsip kesetimbangan
kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukanNH3)
adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung
sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Dipihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan
mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar
500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu
serbuk besi dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O.
Reaksi kekanan
pada pembuatan amonia adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm lebih baik jika
suhu diturunkan, tetapi jika suhu diturunkan maka reaksi berjalan sangat lambat
. Amonia punya berat molekul 17,03. Amonia ditekanan atmosfer fasanya gas.
Titik didih Amonia –33,35 oC, titik bekunya –77,7 oC,
temperatur & tekanan kritiknya 133 oC & 1657 psi. Entalpi
pembentukan (∆H), kkal/mol NH3(g) pada 0oC, -9,368; 25
oC, -11,04. Pada proses sintesis pd suhu 700-1000oF, akan
dilepaskan panas sebesar 13 kkal/mol. Kondisi optimum untuk dapat bereaksi
dengan suhu 400- 600oC, dengan tekanan 150-300 atm. Kondisi optimum
pembuatan amonia (NH3) dapat digambarkan pada tabel berikut :
No
|
Faktor
|
Reaksi : N2(g) + 3H2(g)
⇄ 2NH3(g) ∆H= -924 kJ
|
Kondisi
Optimum
|
1.
|
Suhu
|
1. Reaksi bersifat eksoterm
2. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan kekanan.
3. Kendala:Reaksi berjalan lambat
|
400-600oC
|
2.
|
Tekanan
|
1. Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding dengan jumlah mol produk.
2. Memperbesar tekanan akan menggeser kesetimbangan kekanan.
3. Kendala Tekanan sistem dibatasi oleh kemampuan alat dan faktor
keselamatan.
|
150-300 atm
|
3.
|
Konsentrasi
|
Pengambilan
NH3 secara terus menerus akan menggeser kesetimbangan kearah kanan
|
_
|
4.
|
Katalis
|
Katalis tidak
menggeser kesetimbangan kekanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara
keseluruhan
|
Fe dengan campuran Al2O3
KOH dan garam lainnya
|
Tabel 2.2 : Kondisi Optimum Pembuatan NH3
Persen amonia pada kesetimbangan :
Pengaruh katalis pada sistem kesetimbangan adalah dapat mempercepat
terjadinya reaksi kekanan atau kekiri, keadaan kesetimbangan akan tercapai
lebih cepat tetapi katalis tidak mengubah jumlah kesetimbangan dari
spesies-spesies yang bereaksi atau dengan kata lain katalis tidak mengubah
nilai numeris dalam tetapan kesetimbangan. Peranan katalis adalah mengubah
mekanisme reaksi kimia agar cepat tercapai suatu produk.
Katalis yang dipergunakan untuk mempercepat reaksi memberikan mekanisme
suatu reaksi yang lebih rendah dibandingkan reaksi yang tanpa katalis. Dengan
energi aktivasi lebih rendah menyebabkan maka lebih banyak partikel yang
memiliki energi kinetik yang cukup untuk mengatasi halangan energi aktivasi
sehingga jumlah tumbukan efektif akan bertambah sehingga laju meningkat.
Dengan kemajuan teknologi sekarang digunakan tekanan yang
jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka
amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula campuran gas nitrogen dan
hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian
campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator sehingga
terbentuk amonia.
2.3 Tahap-Tahap Proses Pembuatan Amonia
Amoniak
diproduksi dengan mereaksikan gas Hydrogen (H2) dan Nitrogen (N2)
dengan rasio H2 : N2 = 3 : 1. Pada pembuatan
amonia yang dilaksanakan pada industri(PT PUSRI) secara garis besar dibagi
menjadi 4 Unit dengan urutan sebagai berikut :
1. Feed
Treating Unit dan Desulfurisasi
2. Reforming
Unit
3.
Purification & Methanasi
4. Synthesa
Loop & Amoniak Refrigerant.
Untuk proses tiap unit dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Feed Treating
Unit
Gas alam yang masih mengandung
kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit
harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan pada
Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang
terkandung dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana
yang disebut Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke
Reforming Unit. Jalannya proses melalui tahapan berikut :
a.
Sejumlah H2S
dalam feed gas diserap di Desulfurization Sponge Iron dengan sponge iron
sebagai media penyerap. Persamaan Reaksi :
Fe2O3.6H2O + H2S → Fe2S3
6 H2O + 3 H2O
b.
CO2 Removal Pretreatment Section
Feed Gas dari Sponge Iron dialirkan
ke unit CO2 Removal Pretreatment Section Untuk memisahkan CO2 dengan
menggunakan larutan Benfield sebagai penyerap. Unit ini terdiri atas CO2 absorber
tower, stripper tower dan benfield system.
c.
ZnO Desulfurizer
Seksi ini
bertujuan untuk memisahkan sulfur organik yang terkandung dalam feed gas dengan
cara mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen Sulfida dan mereaksikannya
dengan ZnO. Persamaan Reaksi :
H2S + ZnO → ZnS + H2O
2.
Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur
dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil
reaksi yang berupa gas-gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke Secondary
Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-gas Hidrogen ,
Nitrogen dan Karbon Dioksida Gas-gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit
Purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon dioksidanya. Tahap-tahap
reforming unit adalah :
a.
Primary Reformer
Seksi
ini bertujuan untuk mengubah feed gas menjadi gas sintesa secara ekonomis
melalui dapur reformer dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai media
kontak feed gas dan steam pada temperature (824 oC)dan tekanan (45 –
46 kg/cm2) tertentu . Adapun kondisi operasi acuan adalah
perbandingan steam to carbon ratio 3,2 : 1. Persamaan Reaksi :
CH4
+ H2O → CO + 3 H2 ∆H = - Q
CO + H2O
→ CO2 + H2 ∆H = + Q
Secara overall reaksi yang terjadi
adalah reaksi endothermic sehingga membutuhkan burner dan gas alam sebagai
fuel.
b.
Secondary Reformer
Gas yang
keluar dari primary reformer masih mengandung kadar CH4 yang cukup
tinggi, yaitu 12 – 13 %, sehingga akan diubah menjadi H2 pada unit
ini dengan perantaraan katalis nikel pada temperature 1002,5 oC.
Persamaan
Reaksi : CH4 + H2O → 3 H2 + CO
Kandungan CH4 yang keluar dari Secondary
reformer ini diharapkan sebesar 0.34 % mol dry basis. Karena diperlukan N2
untuk reaksi pembentukan Amoniak maka melalui media compressor dimasukkan udara
pada unit ini. Persamaan Reaksi :
2H2 + O2 → 2H2O
CO + O2 → 2CO2
3.
Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi
Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku
Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan
menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter, oleh karena itu sebelum
gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu
masuk ke Methanator. Tahap-tahap proses Purification dan methanasi adalah
sebagai berikut :
a.
High Temperature Shift Converter (HTS)
Setelah mengalami reaksi pembentukan H2 di
Primary dan Secondary Reformer maka gas proses didinginkan hingga temperature
371 oC untuk merubah CO menjadi CO2 dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
CO + H2O → CO2 +
H2
Kadar CO yang keluar dari unit ini
adalah 3,5 % mol dry basis dengan temperature gas outlet 432 oC– 437
oC.
b.
Low Temperature Shift Converter (LTS)
Karena tidak semua CO dapat dikonversikan menjadi CO2
di HTS, maka reaksi tersebut disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses
didinginkan hingga temperature 210 oC. Diharapkan kadar CO dalam gas
proses adalah sebesar 0,3 % mol dry basis.
c.
CO2 Removal
Karena CO2 dapat mengakibatkan degradasi di
Amoniak Converter dan merupakan racun maka senyawa ini harus dipisahkan dari
gas synthesa melalui unit CO2 removal yang terdiri atas unit
absorber, striper serta benfield system sebagai media penyerap. System
penyerapan di dalam CO2 absorber ini berlangsung secara counter
current, yaitu gas synthesa dari bagian bawah absorber dan larutan benfield
dari bagian atasnya. Gas synthesa yang telah dipisahkan CO2-nya akan
keluar dari puncak absorber, sedangkan larutan benfield yang kaya CO2
akan diregenerasi di unit CO2 stripper dan dikembalikan ke CO2
absorber. Sedangkan CO2 yang dipisahkan digunakan sebagai bahan baku
di pabrik urea. Adapun reaksi penyerapan yang terjadi : K2CO3
+ H2O + CO2 → 2KHCO3
d.
Methanasi
Gas synthesa yang keluar dari puncak absorber masih
mengandung CO2 dan CO relative kecil, yakni sekitar 0,3 % mol dry
basis yang selanjutnya akan diubah menjadi methane di methanator pada
temperature sekitar 316 oC.
Persamaan Reaksi : CO + 3H2
→ CH4 + H2O
CO2 + 4H2 → CH4 +
2H2O
4.
Synthesa loop dan Amonik Refrigerant
Gas proses yang keluar dari Methanator dengan
perbandingan Gas Hidrogen dan Nitrogen = 3 : 1,
ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia
Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit
Refrigerasi sehingga didapatkan amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya
digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Tahap-tahap poses Synthesa loop
dan Amonik Refrigerant adalah :
a.
Synthesis Loop
Gas synthesa yang akan masuk ke daerah ini harus memenuhi persyaratan
perbandingan H2/N2 = 2,5 – 3 : 1. Gas synthesa
pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar 177.5 kg/cm2
oleh syn gas compressor dan dipisahkan kandungan airnya melalui sejumlah K.O.
Drum dan diumpankan ke Amoniak Converter dengan katalis promoted iron.
Persamaan Reaksi :
3H2 + N2 → 2NH3 .
Kandungan Amoniak yang keluar dari Amoniak Converter adalah sebesar
12,05-17,2 % mol.
b.
Amoniak
Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari
gas synthesa masih mengandung sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-gas inert
ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk Mem-flash
amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat
flash drum untuk melepaskan gas-gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari
refrigeration, chiller mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan
pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan memanfaatkan tekanan dan
temperature yang berbeda di setiap tingkat refrigeration.
5.
Produk Amoniak
Produk Amoniak
yang dihasilkan terdiri atas dua, yaitu Warm Ammonia Product (30 oC)
yang digunakan sebagai bahan baku untuk pabrik urea, Cold Ammonia Product (-33 oC)
yang disimpan dalam Ammonia Storage Tank.

Gambar
2.3 : Blok diagram pembuatan amonia
BAB
III
TUGAS
KHUSUS
3.1 Ammonia Converter

Proses
pengubahan gas sintesis menjadi ammonia dilangsungkan pada unit ammonia
converter (105-D) dengan temperatur sekitar 450 – 5000C. Reaksi sintesis
ammonia di ammonia converter dapat dituliskan sebagai berikut:
N2 + 3H2 2NH3 ∆Ho298 = -11040
kal/mol
Reaksi tersebut
bersifat eksotermis. Konversi gas sintesa menjadi ammonia hanya sekitar 12 – 13
% (17% desain). Oleh karena itu dilakukan resirkulasi untuk mereaksikan gas
sintesis yang belum bereaksi. Proses ini disebut synthesis loop.
Ammonia converter 105-D
tipe fixed basket terdiri dari high pressure shell yang mempunyai sebuah
catalyst section dan heat exchanger. Catalyst section adalah sebuah shell pada
nozzle yang terletak di sebuah annulus diantara keduanya.
Reaksi pembentukan
amonia berlangsung pada tiga bed katalis dengan volume ketiga bed yang
berbeda-beda. Bed teratas yang paling kecil kemudian bed di bawahnya lebih
besar. Hal ini bertujuan untuk membatasi panas reaksi eksotermis pada bagian
atas. Panas reaksi yang dihasilkan akan menyebabkan kenaikan temperatur di
setiap bed sehingga akan menurukan konversi. Untuk mengoptimalkan reaksi pada
setiap bed dilengkapi dengan quench sehingga temperatur campuran yang masuk bed
berikutnya dapat dikendalikan. Di atas catalyst basket dipasang interchanger
(122-C) sebagai preheater inlet gas yang bertemu dengan gas panas yang telah
bereaksi dari katalis bed terakhir. Pipa by pass dipasang dengan tujuan
memasukkan feed gas tanpa preheating dan untuk mengontrol temperatur di top
catalyst bed. Inlet manifold untuk ammonia converter (105-D) dibagi menjadi 5
cabang. Tiga cabang adalah quench aliran gas dingin masuk vessel melalui distributor
atas setiap bed.
Gas sintesis yang
keluar dari resirkulator bertekanan 210 kg/cm2G dipanaskan di exchanger 121-C
menjadi 139oC, selanjutnya dimasukkan converter melalui bagian bawah
dan mengalir ke atas melalui ruang annulus ke shell side dari interchanger
122-C. Interchanger 122-C berfungsi sebagai preheater inlet gas, dimana gas
inlet dipertemukan dengan gas panas dari bed terakhir. Aliran gas yang memasuki
shell interchanger dipanaskan hingga 385oC oleh gas effluent dari
bed ketiga dan aliran turun melewati katalis bed pertama secara radial. Gas
meninggalkan bed pertama pada suhu 500oC dan untuk menjaga supaya
temperatur masuk pada bed kedua tidak terlalu tinggi maka dilakukan quenching
dengan mencampurkan gas dingin untuk mengurangi temperatur outlet menjadi
4160C, serta mengurangi kandungan NH3 dalam aliran.
Sebagian gas sintesis
dimasukkan ke dalam converter melalui bagian atas dan mengalir turun lewat dua
downcomer ke dalam dasar interbed heat exchanger dan melalui sisi tube interbed
HE. Tujuannya untuk mendinginkan gas yang meninggalkan bed kedua katalis menuju
bed ketiga katalis. Effluent dari bed kedua memasuki sisi shell interbed HE
untuk pendinginan suhu yang akan masuk bed ketiga. Setelah syn gas melalui bed
ketiga, gas yang terkonversi menjadi amonia akan melewati perforated centre
tube dan mengalir melalui pipa tengah ke sisi tube dari effluent HE untuk
pertukaran panas gas yang dimasukkan melalui inlet utama di dasar converter,
lalu menuju keluaran converter.
Suhu keluaran dari
amonia converter adalah 350oC kemudian didinginkan berturut-turut di
123-C, 121-C, 139-C dan 125 C. Sebelum masuk 139-C, aliran gas dibagi menjadi 2
yaitu aliran pertama masuk ke 139-C lalu ke 125-C dan 108-F (purge gas
separator). Di 108-F, gas yang terkondensasi dikirim ke HRU sebagai purge gas.
Untuk aliran kedua, gas masuk ke exchanger 124-C yang sebelumnya bergabung
dengan syn gas keluaran HP case. Kemudian aliran dilewatkan ke 120-C sehingga
terjadi perpindahan panas dengan menggunakan NH3 dari refrigerant flash sebagai
media pendingin. Campuran gas kemudian dimasukkan ke separator 106-F sebagai
umpan reaktor sedangkan amonia yang terkondensasi masuk ke 107-F.
Hasil
perhitungan :
Komponen
|
Input (%mol)
|
Output (%mol)
|
N2
|
24,81
|
21,16
|
H2
|
66,89
|
54,84
|
NH3
|
1,73
|
16,49
|
CH4
|
3,97
|
4,55
|
Ar
|
2,60
|
2,98
|
Total
|
100,00
|
100,00
|
Tabel
3.1 : Efisiensi Konversi Ammonia converter (105-D) = 98,267 % pada PT. Pupuk
Sriwijaya Palembang.
3.2 Jenis
Jenis Ammonia Converter
·
Konverter amonia
·
Keranjang amonia converter
·
Boiler limbah panas
·
Penukar gas-gas
3.3 Unit Ammonia
Converter
·
Lebih dari 40 unit yang dibangun sejak tahun 1974
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan, maka dapat
kita ambil kesimpulan yaitu:
1. Banyak
proses industri zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan. Agar
efesien, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian sehingga menggeser
kesetimbangan ke arah produk dan meminimalkan reaksi balik.
2. Kondisi
optimum dan kondisi yang nyata dalam produksi zat kimia harus diperhitungkan
secara matang agar mempunyai nilai ekonomis dalam produksi.
3. Pada pembuatan amonia yang dilaksanakan pada
industri(PT PUSRI) secara garis besar dibagi menjadi 4 Unit dengan urutan
sebagai berikut :
·
Feed Treating Unit dan Desulfurisasi
·
Reforming Unit
·
Purification & Methanasi
·
Synthesa Loop & Amoniak Refrigerant.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
pendidikan Nasional, 2007 : Kesetimbangan Kimia, Pustakamaya
ictcenter-kendal-ditpsmk
Danish
Manufacturer of PSA Nitrogen & Oxygen Generators, 2007: Oxymat N2 &
O2 Generators : http://upieks.wordpress.com/2007/04/05/amonia, diakses 15
November 2008
Johari J.M.C et all, 2004 : Kimia SMA: Esis, Erlangga Jakarta
Michael Purba,
2004 : Kimia SMA: Erlangga Jakarta
PT.PUSRI, 2007: Proses Pembuatan Amonia, http://niaga.pusri.co.id/Pabrik-pusri/
Proses_amoniak_detail.htm
Ralp H.
Petrucci et all,200: Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar